



Seperti inilah situasi ujian praktek Bahasa Inggris di SMP SURUUR Bandung yang berlokasi di Jl. Hegarmanah Bandung. Seharusnya terdaftar 7 siswa yang akan mengikuti ujian praktek Bahasa Inggris pada hari Sabtu, tanggal 24 April 2010. Namun, hanya 5 siswa yang bisa mengikuti ujian.
Pemandangan seperti ini mungkin terlihat tidak lazim karena memang pelaksanaan ujian ini tidak dilakukan di dalam kelas, melainkan di perpustakaan. Ruang kelas yang bersebelahan dengan Sekolah Dasar tidak mendukung para siswa untuk melaksanakan ujian praktek di dalam kelas, terutama untuk listening test. Maka dari itu, perpustakan dirasa merupakan pilihan yang tepat di mana para siswa bisa berkonsentrasi penuh tanpa ada gangguan dari pihak luar.
Sebelumnya tidak pernah terpikirkan bahwa saya akan membimbing mereka sejauh ini. Sungguh luar biasa kesempatan yang Allah berikan. Saya dengan kemampuan yang terbatas dan dengan nol besar pengalaman mengajar harus membimbing mereka hingga menempuh Ujian Nasional tertulis dan praktek.
Awalnya saya tidak yakin bahwa saya bisa, tapi dengan usaha yang saya lakukan sejauh ini Alhamdulillah saya terbukti bisa. Subhanallah.
Pengalaman yang sempat menjadi syok terapi bagi saya ini tak akan bisa terlupakan. Saya, yang tidak pernah yakin untuk menjadi seorang guru, bukanlah mahasiswa teladan. Saya termasuk orang yang kurang pandai dan tak serajin rekan-rekan seperjuangan saya. Namun, Allah selalu memberikan kejutan pada setiap makhluknya untuk kebaikan.
Beruntung saya masih memiliki rasa tanggung jawab. Tak jarang saya mengeluh akan tuntutan peran saya. Pihak sekolah memang tidak terlalu menuntut saya harus melakukan yang terbaik. Asal mengikuti alur peraturan sekolah, saya tergolong aman. Namun, saat menyadari bahwa para siswa itu merupakan tanggung jawab saya, ada tuntutan tersendiri dalam batin saya. Bukan karena pihak sekolah, bukan karena takut akan orang tua mereka, tapi saya tak ingin membuat mereka terpaksa melontarkan kata penyesalan.
9 jam dalam seminggu saya harus membimbing mereka untuk menempuh Ujian Nasional. Setiap hari tak jarang saya merelakan jam istirahat (tidur) saya hanya untuk mencari, mengumpulkan, dan menyusun soal-soal Ujian Bahasa Inggris untuk diberikan pada mereka. Mungkin terkesan mudah bila soalnya sudah tersedia, tapi faktanya tidak semudah itu. Bila hanya memberi soal, apa yang akan mereka dapatkan. Tak pernah ada jaminan bahwa soal-soal Ujian tahun-tahun sebelumnya akan diujikan kembali tahun ini. Lagipula kisi-kisi yang diberikan berubah dari tahun sebelumnya. Untuk ujian tahun ini mereka difokuskan untuk menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan teks. Terkadang saya putus asa bagaimana harus membimbing mereka untuk memahami berbagai jenis teks. Bagaimana bisa memahami isi teks kalau arti setiap kalimatnya mereka sendiri tidak tahu. Kosa kata mereka sangat kurang. Banyak sekali yang mereka belum tahu. Itulah tantangan Bahasa Inggris. Mau tak mau saya harus memutar keras otak, mencari solusi dengan memikirkan strategi yang tepat.
Setiap hari harus membaca dan membedah teks. Mensiasati pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan teks dan mencari ide untuk menemukan media yang tepat sehingga mereka bisa mengenali teks dan tahu maksud dari teks tersebut dengan mudah sekalipun mereka tidak tahu arti keseluruhan teks tersebut.